Wednesday, August 25, 2010

Titihan Sebuah Mimpi


Sebuah mimpi merupakan kiasan dari impian
Beribu-ribu pandangan bertanya-tanya terhadap semua kenyataan
Kenyataan yang berlum pernah terwujud dari sebuah harapan
Mimpi itu terlalu kejam untuk dinyatakan di dunia ini
Dari masa lalu yang pernah bercermin oleh sebuah perjuangan
Soekarno itu pelopor darah merah bertulang putih yang telah dicurahkan

Pernahkan impian seorang anak yang duduk di bangku
Pernahkan memikirkan impian itu
Uang,uang,uang yang slalu menghalanginya
Tahu apa kalian?
Sekali lagi akku bertanya
Tahu apa kalian,
Tentang bangku yang ingin diduduki anak ini?
Cuma sebangku untuk meratapi sebuah ilmu
Mana bisa mimpiku yang tersirat dari anak itu terucap

Mudah sekali buaya-buaya masyarakat memakan mimpi rakyat
Itu mimpi yang berguna, itu mimpi yang belum pernah di dapat
Cendela terbuka perlahan dari sebuah ruangan
Aku memandang di depan sebuah ruangan itu
Setetes air mata hingga beribu terucap
Bukan, bukan hanya itu
Tapi darah juga melubar hingga sungai meluap
Seorang anag memandang perjalanan hidupnya
Tanpa ada bayangan sebuah rembulan

Apa ini mimpi, apa ini mimpi?
Apa ini kenyataan, apa ini mimpi dari kenyataan?
Apakah ini mimpi, apakah ini kenytaan dari mimpi?
Mungkin benar para buaya itu tidak pernah melihat kami
Ini bumi kami! Bumi di mana kami lahir
Mana hak asasi yang diperjuangkan
Munir menangis, Chairil Anwar bunuh diri mendengarnya
Mana mimpi kami yang terbang dalam mimpi
Titihan kami menjadi sebuah mimpi untuk tanah kami

Dari sudut sebuah kaca transparan menyorot senter
Sebuah baju itu berwana abu-abu bersenjatakan sebuah marker
Beliau berkata,
Hidup kita harus dinamis, hidup kita harus statis seperti rumus Fisika
Entah aku tak tau maksud itu… sungguh aku tak tau
Mungkin kalian tahu.. mungkin kalian tau apa maksud ini semua
Ini bukan realita, juga bukan cerita

Beribu-ribu anak bertabur kain bekas
Ingin meluapkan sebuah perahu menuju fajar
Di mana fajar akan menimbulkan sinar memancar
Memancarkan luapan hati sang pemimpi.
Di tanah kita
Tanah kelahiran kita
Di darah dan tulang tercinta



post by anagdesa

0 komentar:

Post a Comment